Senin, 09 Januari 2012

GAYUS OH GAYUS

kisah usang tikus-tikus kantor
yang suka berenang disungai yang kotor
kisah usang tikus-tikus berdasi
yang suka ingkar janji
lalu sembunyi dibalik meja
teman sekerja
didalam lemari dari baja
kucing datang
cepat ganti muka
segera menjelma
bagai tak tercela
(Iwan Fals)
Sepenggal lirik diatas merupakan karya Iwan Fals yang menggambarkan seorang koruptor yang bermuka dua. Di sisi lain ia menghisap uang rakyat akan tetapi ia berpura-pura baik untuk menutupi kebohongannya itu. Memang itu merupakan sebuah kritik sosial yang jelas ada sebagai ekspresi menyikapi keadaan di Indonesia sekarang ini. Indonesia merupakan negara yang tak pernah lepas dari hal-hal yang berbau negatif. Korupsi, masalah dan aib yang semenjak jaman Soeharto hingga sekarang menjadi kanker yang menggerogoti tubuh bangsa ini. Bagaimana tidak, dari dulu hingga kini puluhan bahkan ratusan trilyun telah melayang ke kantong para tikus-tikus berdasi. Uang yang seharusnya dipergunakan untuk kemashalatan rakyat kini digunakan untuk kemashalatan keluarga para koruptor. Realita yang menyakitkan bagi jutaan anak yang lahir di Indonesia. Andaikan mereka bisa memilih, mungkin mereka lebih memilih di lahirkan di Inggris agar bisa menjadi pemain bola, di Arab Saudi agar bisa naik Haji setiap hari ataupun di Malaysia agar bisa mengalahkan Indonesia. Mungkin itu sebuah gambaran relatif dari kekecewaan seorang warga negara terhadap negaranya. Akan tetapi itulah fakta yang dihadapi sekarang ini.mungkin Indonesia bisa disebut gudangnya para koruptor.
Hal ini terbukti, belum lagi Negara ini disakiti dengan kasus Century, kini di tahun 2010, Indonesia kembali dikejutkan oleh terbongkarnya kasus mafia pajak yang menghebohkan masyarakat. Kasus yang merugikan Negara milyaran rupiah. Pelaku dibalik semua itu adalah Gayus Tambunan. Seorang pegawai pajak golongan IIIA yang gajinya hanya 1.5 jutaan kini memiliki harta gila-gilaan, Rp 74 Miliar, dalam bentuk uang tunai dan 31 batang emas, harta Gayus yang baru diketahui penyidik adalah sekitar Rp 100 miliar. Sebelumnya, Gayus menyimpan uang di Bank BCA dan Bank Panin sekitar Rp 25 miliar. Apakah ada harta lain milik Gayus yang belum diketahui? "Tidak menutup kemungkinan masih ada yang lain, iya," ucap Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Edward Aritonang,Kamis (17/6/2010)di Mabes Polri.
Masih ada lagi uang yang belum terungkap? Pertanyaan menarik yang patut diselidiki lebih lanjut. Bagaimana tidak, itu merupakan uang yang ia dapat selama menjadi pegawai pajak, Fantastic isn’t. Belum lagi keuletan Gayus dalam menipu aparat pemerintahan kita benar-benar menghebohkan. Selama aparat penegak hukum kita disibukkan dengan kasus Gayus, ia malah plesir ke Singapura dan berbagai mancanegara bahkan ke Bali, nonton tenis lagi. ‘Sonny Laksono’ merupakan nama samaran yang Gayus gunakan dalam lawatannya di berbagai tempat. Selama ditahan di Rutan Brimob, Gayus dengan leluasa keluar masuk sel dengan membayar biaya tertentu. Aparat pun bisa dibeli, jangan-jangan harga diri bangsa ini bisa dibeli oleh Gayus.
Akan tetapi ada yang terlupa selama kasus Gayus ini berlangsung. Kasus Century merupakan kasus yang merugikan Negara senilai Rp 6,7 trilyun menguap begitu saja digantikan oleh kasus fenomenal Gayus. Maka berterima kasihlah pada Gayus. Karena berkat jasanya lah kasus Century jadi temaram. Siapa yang peduli dengan kasus 6,7 trilyun yang tak jelas kemana itu. Setidaknya kini media massa ramai-ramai berdendang lagu GAYUS. Lupakan huru hara di panggung paripurna DPR bulan lalu. Lupakan pula rekomendasi yang meminta penon aktifan dua petinggi negara, Wapres Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani
Meliaht hal itu kini kita bias berandai-andai, Gayus kini berada dalam posisi yang membingungkan bagi kalangan tertentu yang menyadari keanehan. Gayus itu ikan koruptor yang berhasil ditangkap nelayan aparat atau umpan agar nelayan aparat teralih?. It’s fact, seolah-olah ini diskenariokan agar semua terlihat nyata layaknya sinetron, ada aktor ada sutradara. Lalu jika memang benar ini rekayasa atau pengorbanan, siapa sutradara yang begitu hebat mengibuli seluruh rakyat Indonesia. Ini perlu dijadikan rubrik yang dibahas bersama-sama. Karena seolah-olah Pemerintah kehilangan otoritas legal yang dimiliki untuk mengungkap kedua kasus ini. Kesannya diulur-ulur atau memang terulur kasus nya Gayus menandakan kemungkinan mafia hukum juga sedang beraksi di kasus Century. Seharusnya pemerintah juga harus adil membagi porsi dalam penyelidikan kedua kasus ini. Karena jika tidak pemerintah akan kehilangan momentum untuk mengungkapnya seiring pemerintah kehilangan momentum dipercaya oleh rakyat.
Memang susah hidup di Negara ini. Disana korupsi, disini korupsi dimana-mana ada korupsi. Mungkin harus begini nasib bangsa ini, dilahirkan untuk dilecehkan koruptor. Mungkin bila disurvei perasaan rakyat Indonesia akan sama seperti Taufik Ismail..
            ….
Langit akhlak rubuh, diatas negeriku berserak serak
Hukum taktegak, doyong berderak derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, GeylangRoad, LebuhTunRazak,
Berjalanaku di Sixth Avenue, May dan Tahrir dan Ginza Berjalanaku  di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Disela khalayakaku berlindung di  belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;