Senin, 09 Januari 2012

KAUM ELIT MAYORITAS INDONESIA

Penduduk mayoritas Indonesia merupakan salah satu dari manusia tipe “Karl Marx” yang di dunia ditindas atas nama kesamarataan, anti kesenjangan, kerakyatan, dan keadilan. Maka Indonesia pantas menjadi salah satu negara yang penduduknya telah beribu kali mendiskusikan, melakukan seminar, dan konfrensi yang isinya bak semangat mengecam kapitalisme. Kecaman mengenai “transnasionalisasi’, monster-monster modal penjala teri, drakula barat penhisap urat darah kekayaan alam nusantara. Untuk menghidmati itu semua maka air asin ditelan atas dasar kesengsaraan dan “Cherers!.. untuk kaum miskin di dunia, di bumi Tuhan!” sekalian manusia meneguknya, meletakkan kembali gelasnya, dan bertepuk tangan. Orang terharu, berpelukan, hamper menitikkan airmata, menghayati kemiskinan, baik yang mutlak maupun yang sedang-sedang.
Seandainya bunyi tepuk tangan direkam maka dibutuhkan sejumlah kaset persis sama jumlah orang miskin di dunia. Dan golongan miskin menjadi kenyang. Jangan dikasih rekaman diskusinya, sebab kemungkinan mereka akan bingung
Bagaimana menerangkan bahwa, setidaknya ada guratan dari wajah seminar-seminar itu yang klise? Bahwa beratus ribu kata dalam konfrensi itu terbang bagai pawai burung di angkasa, yang sudah letih berlanglang buana begitu sukar menemukan dahan pepohonan atau kebun untuk hinggap? Pernahkah diteliti berapa jumlah sarjana, master dan doctor yang dihasilkan oleh tema kemiskinan, penindasan, keprihatinan? Apa sajakah relevansi atau irrelevansi dari yang dilakukan oleh sarjana kemiskinan untuk memerangi kemiskinan? Berapa derajat penurunan atau kenaikan-kenaikan berkat makin banyaknya para piawai yang makanan utamanya masalah kemiskinan? Seberapa jauhkah orang miskin bukan merupakan barang jualan baru bagi para intelektual-karieris?  

0 komentar:

Posting Komentar

 
;